LENTUR

Photo: Ayang Kalake, 2006

Pengetahuan Dasar Pointe Work

Pointe Work adalah teknik ballet dengan gerakan bertumpu di ujung jari kaki dengan memakai sepatu khusus yang disebut Pointe Shoes. Dalam suatu pertunjukan ballet, biasanya penari utama wanita menari menggunakan pointe shoes. Arabesque on pointe, brilliant pirouettes, allegro yang tajam dan lincah, gerakan-gerakan yang terlihat elegan menginspirasi para penari muda untuk bisa mengenakan pointe shoes.

Melakukan arabesque seperti foto di atas, memerlukan proses latihan yang panjang untuk melatih kekuatan kaki dan postur yang benar.
(Foto: Suprapto)

Pointe Work adalah perpanjangan dan pengembangan logis berdasarkan teknik gerak yang sudah dipelajari dan harus dikuasai dari tingkat-tingkat sebelumnya, bukan hasil akhir dari lamanya seseorang belajar ballet, usia tertentu, atau bahkan hanya berdasarkan keinginan kuat untuk menari en pointe.

Memulai latihan pointe work adalah salah satu pencapaian yang besar, seringkali menandakan bahwa seorang murid pemula sudah siap belajar menjadi murid mahir. Melangkah maju ke pointe work adalah tahap yang serius dan perlu diperlakukan dengan serius pula oleh murid, orang tua murid, dan guru. Latihan dan kerja keras yang sudah dilalui seorang penari selama bertahun-tahun dapat membantu seorang penari belajar menggunakan pointe shoes – atau malah mempersulitnya jika training yang didapat kurang tepat atau teknik dasar pada tingkat sebelumnya belum dikuasai dengan benar.

Teknik menggunakan pointe shoes dapat membawa gerakan tari ke dimensi teknik dan artistik yang lebih jauh,yang tentunya harus disertai kekuatan dan kontrol gerak yang lebih matang, supaya latihan tetap dapat dilakukan dengan menyenangkan, serta terhindar dari rasa sakit dan cedera.

Kriteria Memulai Pointe Work

Menari dengan pointe shoes bukan hal yang ‘lebih keren’ atau ‘lebih hebat’, atau untuk ‘pamer’, apalagi jika dilakukan dengan tidak benar. Teknik pointe work jauh lebih sulit dan bisa berbahaya jika penari tidak memiliki pemahaman dan kemampuan teknis untuk mengontrol tubuh saat bergerak karena tumpuan pada kaki yang harus lebih tepat saat berdiri di ujung jari,diperlukan penyesuaian dalam menyeimbangkan dan menempatkan berat badan. Otot-otot kaki harus bekerja lebih keras untuk menjaga stabilitas gerak. Teknik dan kekuatan gerak harus sudah kokohdalam semua aspek, termasuk nilai artistik, performance, dan musicality. Pointe work yang dilakukan dengan abai tentu tidak akan bermanfaat, bahkan dapat mengakibatkan cedera.

Walaupun dalam tingkat atau usia yang sama, tidak setiap penari memiliki kematangan teknik dan mental yang sama. Kriteria yang akan disampaikan berikut ini hanya merupakan panduan umum, kesiapan memakai pointe shoes tentunya perlu ditinjau kembali oleh guru dan berbagai pihak yang berpengalaman (fisioterapis, dokter ortopedi, fitter pointe shoes, dll).

Kriteria Umum

  • Minimal berusia 11 tahun. Sebelum usia 11 tahun, tulang dan otot seorang anak masih bertumbuh. Beban tubuh yang menekan kaki dan jari tanpa pemahaman teknik yang tepat dapat menyebabkan malformasi tulang, otot, dan persendian. Cedera dapat dialami mulai dari kaki, lutut, pinggul, hingga tulang punggung. Tentu patokan usia 11 tahun ini juga bukan berarti seorang anak bisa dipastikan untuk siap memakai pointe shoes! Masih banyak faktor yang harus ditinjau seperti: faktor fisik, bentuk otot dan tulang, pencapaian teknik gerak, sikap, dan yang tidak kalah penting, kesiapan mental.
  • Mendapatkan training ballet yang baik dan benar di bawah pantauan guru yang kompeten, minimal selama 3-4 tahun dengan durasi minimal 2 jam, 3x seminggu. Dalam periode tersebut, murid diharapkan sudah mendapatkan pelajaran dan pemahaman tentang teknik gerak yang benar, mampu menerapkannya dengan konsisten, kekuatan otot sudah terlatih, sehingga tercapai kematangan fisik dan mental untuk memulai latihan pointe work.
  • Sudah memahami anatomi dasar dan body awareness yang baik.
    Penggunaan otot yang tepat, mampu menerapkan koreksi dan menerapkannya dengan konsisten. Termasuk pemahaman dan penanganan cedera.

Ballet alignment atau keselasaran, kesejajaran, harmonisasi antara kepala, tubuh, tangan dan kaki dalam balet yang harus dilatih secara tepat dan benar, agar seorang penari dapat melakukan teknik gerak yang membuat tinggi nilai artistiknya.
(Foto: Suprapto)

KRITERIA TEKNIK DAN FISIK

  • Harus sudah memiliki postur yang baik serta menguasai teknik-teknik dasar menari ballet yang benar.
  • Mampu mempertahankan posisi dan alignment anggota tubuh yang benar selama bergerak.
  • Sudah memiliki otot yang kuat dan terlatih, memahami otot yang tepat untuk bergerak, dan mampu melakukannya secara konsisten.
  • Memahami cara mempertahankan turnout selama menari.
  • Memahami penggunaan plié yang benar dan efektif.
  • Memiliki kepekaan dan pemahaman tentang penempatan ankle dan otot yang dipakai untuk melakukan pointe, sehingga kaki tidak sickle atau rolling.

Pastikan seluruh penampang/ujung pointe shoes rata dengan lantai saat berdiri di ujung jari kaki agar seluruh otot yang digunakan bisa berfungsi secara maksimal.

Pada waktu berdiri, pastikan seluruh telapak kaki menempel di lantai dan pastikan pergelangan kaki lurus.

  • Menunjukkan extension dan point kaki yang benar.
  • Mampu melakukan artikulasi kaki yang benar secara konsisten.
  • Dapat melakukan repetisi releve di center (tanpa barre)tanpa kelelahan dan mampu mempertahankan alignment dengan benar.
  • Mampu berdiri seimbang di satu kaki dengan penempatan berat badan dan postur yang benar.
  • Memiliki koordinasi gerak yang baik dan harmonis.
  • Mampu dan memahami berbagai cara melakukan teknik jinjit/releve pada dua/satu kaki (baik dari plié maupun kaki lurus, rolling up/springing, di tempat/berpindah) serta lowering dengan tepat dan aman.

Angkat tumit di posisi tertinggi dan pastikan jari kakimu tetap “panjang” dan cari keseimbangan di posisi tersebut agar otot-otot tubuh – terutama kaki – menjadi semakin kuat untuk berdiri di atas pointe shoes.
Coba lakukan exercise ini secara teratur untuk menguatkan pergelangan dan telapak kakimu!

Functional and Movement Tests

Berikut ini adalah beberapa contoh gerakan yang dapat menjadi acuan minimal untuk mengukur kesiapan dan kekuatan teknik untuk mulai melakukan pointe work.

  • Single Leg Heel Lift
    15-25 jinjit satu kaki dengan kualitas gerak yang stabil.
  • Single Leg Sauté Test
    16 loncatan satu kaki, minimal bisa melakukan 8 loncatan dengan eksekusi yang tepat: mampu mempertahankan postur dan posisi pelvis yang benar, torso yang kuat dan stabil, alignment tubuh bagian bawah yang tepat, kaki lurus dan point saat di udara, serta mampu landing dengan tepat dan terkontrol. Tes ini merupakan salah satu indikator terkuat kesiapan memakai pointe shoes.
  • Balance in parallel retiré
    Berdiri stabil pada satu kaki paralel, dengan tangan terlipat dan mata tertutup, selama 30 detik atau lebih.
  • Topple test
    Mampu melakukan single pirouette en dehors dengan working leg kaki di retire dan supporting leg yang lurus, postur yang tepat, dan mampu landing dengan stabil dan terkontrol.
  • “Airplane” test

Berdiri pada posisi paralel dengan posisi badan atas memanjang ke depan, working leg diluruskan satu garis ke belakang, posisi pelvis/panggul sejajar lantai, kedua tangan diluruskan ke samping. Lalu, dengan alignment badan yang stabil, lakukan 5 plié pada kaki penopang dan tangan bergerak ke bawah sampai hampir menyentuh lantai, kemudian luruskan kembali kaki penopang dengan membuka tangan kembali ke samping.

Sikap, Disiplin, dan Kesiapan Mental

Selain faktor teknik, sikap dan etika juga memiliki peran penting dalam menuju tingkat yang lebih mahir. Murid harus selalu menunjukkan tanggung jawab, disiplin, dedikasi, dan komitmen yang kuat dalam latihan yang dijalaninya.

  • Selalu datang latihan dengan rutin dan tepat waktu.
  • Berpenampilan rapi di kelas dan bertanggungjawab atas barang miliknya.
  • Mampu mendengarkan instruksi, menerima perbaikan, serta menerapkan koreksi dengan tepat.
  • Bergerak dengan peka dan cermat, agar perkembangan dari latihan rutin dapat lebih terlihat hasilnya.
  • Memiliki daya tahan mental yang kuat, mampu mengatasi rasa tidak nyaman (mampu bertahan dengan ketidaknyamanan/pegal) dan lelah.
  • Melakukan latihan mandiri di luar kelas sebagai bentuk tanggungjawab terhadap perkembangan dirinya.
  • Melakukan warm up & cool down sebagai hal yang otomatis

JADI, APA YANG BISA KITA HARAPKAN SAAT KITA SUDAH MULAI MEMAKAI POINTE SHOES?

Pointe shoes yang kita pakai bukan merupakan aksesoris sepatu semata, tapi harus terasa menyatu dengan tubuh,seperti anggota badan kita yang lainnya, dengan demikian, teknik gerak dan nilai artistik dapat dikembangkan.

Saat awal belajar menggunakan pointe shoes, tubuh kita akan mengalami sensasi yang berbeda. Posisi kaki di dalam sepatu, cara berdiri, penempatan berat badan, kekuatan point kaki, dan penggunaan otot perlu disesuaikan kembali. Bahkan untuk berdiri flat foot saat menggunakan pointe shoes dengan benar, tetap memerlukan kekuatan pergelangan kaki dan pemahaman weight placement yang baik karena sole atau bagian dasarnya yang lebih tebal dan tidak rata.

Semua latihan dimulai dari hal yang sederhana dan sangat mendasar secara bertahap, sehingga tubuh perlahan memahami dan bisa menyesuaikan diri. Agar kaki yang mengenakan pointe shoes sanggup menopang tubuh, penari harus lebih sering melakukan latihan berpegangan di barre, latihan spesifik untuk kekuatan kaki, latihan kekuatan otot intrinsik, dan artikulasi telapak dan jari kaki.

Dalam silabus Royal Academy of Dance, para murid tingkat Intermediate Foundation disarankan untuk mulai berlatih mengenakan demi pointe. Sepatu ini memiliki lapisan ujung kaki serta sol yang lebih keras dari sepatu kanvas/kulit, tapi tidak bisa dipakai untuk berdiri di ujung kaki. Selain dipakai untuk melatih kekuatan telapak kaki dan artikulasi, sepatu ini bisa dianggap sebagai “pengenalan” penari pada pointe shoes yang ujung sepatunya lebih keras lagi.

Sekarang, sudah jelas bahwa memakai pointe shoes terlalu dini tanpa teknik yang baik dan tepat serta pengawasan yang benar mempunyai efek yang tidak baik bagi kondisi fisik murid/penari. Yang harus kita ingat pertama kali adalah “number one is safety”, karena dengan teknik yang benarpun, memakai pointe shoes masih memiliki risiko cedera.

Jika belum siap dan tetap memaksakan diri dalam melakukan pointe work, akan membuat murid kewalahan karena seluruh tubuhnya belum cukup kuat dan siap, hal ini bisa menyebabkan bagian tubuh lain harus ikut mengkompensasi kelemahan beberapa bagian tubuh, yang kemudian dapat menimbulkan kebiasaan bergerak yang buruk dan sulit diperbaiki. Bahkan, lebih parahnya menimbulkan potensi cedera atau kerusakan permanen pada struktur tulang atau otot.

Namun, jika semua tahapan belajar dapat dilalui murid secara serius, penuh dengan kesabaran dan ketekunan, fokus dan disiplin, serta kontrol dan kekuatan yang baik, niscaya pointe shoes dapat membawa tarian ke dimensi teknik dan artistik yang lebih jauh. Seorang murid bisa berkembang menjadi penari yang baik secara teknik, dan dapat menjadi penari yang menyeluruh dan memiliki karir tari yang panjang serta bebas dari cedera.

Aurelia Arini

Referensi dan sumber:

  • Clippinger, Karen. (2016). Dance Anatomy and Kinesiology. USA: Human Kinetics.
  • Grieg, Valerie. (1994). Inside Ballet Technique. USA: Princeton Book Company.
  • Howell, Lisa. (2008). The Perfect Pointe Parent’s Manual. Sydney: Perfect Form Physiotherapy.
  • Minden, Eliza Gaynor. (2005). The Ballet Companion. New York: Fireside.
  • The Royal Academy of Dance. (1997). The Foundations of Classical Ballet Technique. London: The Royal Academy of Dance.

Ingin tahu lebih banyak mengenai “pointe shoes”? Baca artikel LENTUR sebelumnya untuk pengetahuan dasar pointe shoes, sampai perawatannya.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on email