LARAS: The Journey in Dance Performance
Akhir pekan lalu NAMARINA baru saja mengadakan acara untuk merayakan usianya yang ke-65 Tahun dalam pementasan berjudul “LARAS” The Journey in Dance Performance yang diadakan secara temu muka di salah satu gedung bersejarah di Indonesia, Gedung Kesenian Jakarta.
Pementasan ini disambut baik, terbukti dengan penuhnya kursi gedung yang ditawarkan pada saat itu. Selain dihadiri para alumni, keluarga penari dan anggota NAMARINA, pementasan ini juga dihadiri penonton umum yang sebagian besar merupakan pemerhati seni yang sudah rindu untuk menyaksikan pementasan secara “live” di panggung.
Melihat antusiasme tersebut, NAMARINA memutuskan untuk menyiarkan pementasan LARAS ini secara virtual. Jadi, pastikan kalian tidak ketinggalan untuk menyaksikannya melalui kanal YouTube NAMARINA tanggal 19 Desember yang akan datang!
Sebelum ikut menyaksikan streaming-nya, yuk, kita intip dulu komentar tim LENTUR yang kebetulan juga menyaksikan langsung pementasan offline kemarin.
Sebelum bisa menikmati berbagai tarian yang segar dan menarik, pementasan dibuka dengan video rangkaian kegiatan NAMARINA selama tahun 2021. Tidak ketinggalan juga disiarkan penayangan video yang secara khusus membuka semua rangkaian acara di tahun 2021 ini.
Tarian Pembuka
Dream Scene from Don Quixote (Excerpt)
Koreografer: Sussi Anddri, ARAD, RAD-RTS
Musik: Ludwig Minkus
Moving Rhythm
Koreografer: Andhini Rosawiranti, ARAD & Sasha Febri Safithri, ARAD
Musik:
– Prescient | Howard Harper-Barnes
– Lone Digger | Caravan Palace
Pertunjukan dimulai dengan penampilan 2 tarian pembuka. Tarian pertama berjudul “Dream Scene from Don Quixote (Excerpt)”. Tarian ini merupakan koreografi dari Miss Sussi Anddri dan ditarikan oleh 10 penari. Bagian pembuka ini menampilkan tari balet yang diadaptasi dari kisah ballet klasik, Don Quixote. Tarian ini mengisahkan suasana ketika Don Quixote tertidur dan memimpikan Dulcinea yang merupakan wanita idamannya.
Kualitas dan teknik gerak yang dimiliki penari sangat kuat, kostum yang dipakai pun indah. Kombinasi tersebut membuat tarian ini mampu memukau para penonton.
Tarian kedua berjudul “Moving Rhythm” yang merupakan karya koreografi dari Andhini Rosawiranti dan Sasha Febri Safithri dan ditarikan oleh 8 orang penari. Tarian ini memiliki style modern, serta terdapat unsur gerakan fitness memberi kesan yang berbeda jauh dengan tarian pertama.
Para penari melakukan gerakan dengan lincah dan penuh energi dengan kostum penuh warna yang menambah keindahan tarian ini.
Kedua tarian yang disajikan sebagai persembahan pembukaan pementasan LARAS begitu indah dan membuat para penonton tidak sabar untuk melihat tarian berikutnya.
CAPRICIOUS
Tumbuh-tumbuhan sudah hidup jauh lebih lama dari manusia.
Begitu sebuah benih tumbuh, mereka menetap dan tak bisa bergerak.
Mereka harus beradaptasi di tempat untuk tetap hidup.
Ada keindahan dalam kecemerlangan dari alam yang selalu mengalami perubahan.
Wahai, pohon tua yang bijaksana, ajarkan kami mengenai kebajikan
untuk melihat pesona semesta yang selalu berubah ini…
karena kami adalah benih yang akan bertumbuh.
Koreografer: Felicia Harenya Suniastari, LRAD ARAD
Musik:
– Fiddlelicks: I. Fiurs | Oliver Davis
– Danse Du Diable Vert | Gaspar Cassado
– Vivaldi – The Four Seasons: Spring 3 | Recomposed By Max Richter
– Fortresse | Jean-Michel Blais
Koreografi balet modern karya Felicia Harenya Suniastari, LRAD ARAD, “Capricious”, dibawakan oleh enam penari NYD (Namarina Youth Dance) dan NYD Apprentice: Akeila Keiona Effendi, Athaya Puri Syahrial, Irina Putri Sudarsono, Irmma Darmawan, Kyana Hasya Imara, dan Soraya Nathasya Dwinandry.
“Capricious” bercerita tentang perjalanan benih-benih yang memulai kehidupan. Mencari tempat menanamkan akar, menyesuaikan diri dengan lingkungan. Berkoneksi dengan alam semesta, menciptakan harmoni dengan satu sama lain. Kemudian bertumbuh menjadi dewasa dan kuat, namun selalu mampu beradaptasi.
Masa depan tidak dapat kita prediksi.
Alam yang bijaksana mengingatkan kita bahwa perubahan akan selalu terjadi dalam kehidupan.
Namun setiap tahapnya adalah sesuatu yang baru dan menarik, yang membantu kita untuk bertumbuh.
PARADOX
Pagi – Siang – Sore – Malam,
Kesemuanya memiliki keajaibannya masing-masing.
Jika semuanya sama, apakah dunia ini tetap menyenangkan?
Terimalah keragaman kita, berhenti untuk mencoba mencari kesamaan.
Jadilah dirimu sendiri, buat dunia ini penuh warna.
Go, do!
Koreografer: Irina Putri Sudarsono, ARAD
Musik:
– Ping | Makeup and Vanity Set
– Go Do | Jonsi
– Raconte-Moi Une Histoire | M83
– Hologram | M83
Karya kedua dalam pementasan LARAS ini merupakan koreografi dari Irina Putri Sudarsono.
Benih yang tumbuh dan mengakar melahirkan oposisi bagaikan kehidupan-kematian, gelap-terang, siang-malam, dua saling “bertentangan” tapi yang satu tidak bisa ada tanpa yang lainnya. Perbedaan bukan sesuatu yang harus dipertentangkan, justru menjadi sesuatu yang bisa kita pelajari untuk saling melengkapi dan berkembang untuk menjadi lebih baik.
Tarian paradox dibuka dengan dua penari yang bergerak saling balas-membalas dengan lighting yang gelap melambangkan suasana malam hari.
Koreografi modern yang ditarikan oleh 8 penari NYD dan NYD Apprentice ini menceritakan tentang pergantian hari dari mulai malam – pagi – siang – sore lalu kembali ke malam lagi.
Bagian terakhir dalam tarian ini memberikan visual yang berkesan karena berbeda dengan tarian-tarian sebelumnya. Dengan lighting yang hampir tidak ada, dengan sebuah lampu yang dibawa oleh masing-masing penari ini, melambangkan langit malam yang berisi bintang-bintang. Arah lampu yang disorot ke masing-masing penari melambangkan pikiran manusia di malam hari yang ingin kembali merenungkan diri sendiri dan bukan memikirkan orang lain.
HARMONY?
Karya “Harmony?” merupakan sebuah kesimpulan yang mengajak kita kembali untuk mempertanyakan hal yang sangat mendasar, apa itu harmoni?
Koreografer: Irninta Dwitika, ARAD
Musik: Variation No. 4 “Syukur” (Op. 65) for Irninta Dwitika
– Ikhlas | Boo-boo Sianturi
– Sabar | Recuerdos de la Alhambra – Francisco Tarrega
– Syukur | Boo-boo Sianturi
Pemusik: Boo-boo (Mix Electronics, Gitar, Kecapi Panting, Seruling), Marzuki Hasan (Vokal), Asnawi (Vokal, Rapai), Muhammad Taufik (Vokal, Geundrang), Zulfikar (Vokal, Rapai, Sarune)
Banyak dari kita yang masih belum mengetahui secara pasti apa arti kata “harmoni” dalam sebuah kehidupan, maka dari itu terkadang kita terus mencari tahu arti sebenarnya. Lalu bagaimana kita menyikapi dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk berupaya mencapai keharmonisan yang ideal – baik ke dalam maupun ke luar diri?
Karya ini menggambarkan suatu upaya atau perjalanan manusia yang dengan sabar mencari makna harmoni yang proporsional antar sesama manusia, alam dan juga Sang Penciptanya.
Lebih spesifik lagi di dalam dunia tari, karya ini merupakan suatu upaya untuk menggali terus identitas dan otentisitas yang terinspirasi dari perjalanan ulang-alik sejarah dunia tari dari roots ke modern dan modern kembali ke roots. Penciptaan koreografi ini tidak bisa terlepas juga dari karya musik. Variation No.4 “Syukur”, yang digarap khusus bukan sekedar sebagai musik pengiring tarian, tetapi musik yang digarap seiring dengan berjalannya proses penciptaan koreografinya.
Kolaborasi Boo-boo dan Irninta melalui “Harmony?” merupakan contoh suatu proses keberlanjutan dalam memahami lebih dalam lagi keterhubungan antara kedua bentuk seni dan juga antar individu untuk dapat terus saling memperkaya dan mengisi sebagaimana sebuah harmoni tercipta. Pada saat harmoni itu terciptalah kita dapat merasakan syukur.
Melalui karya ini kita dapat memahami bagaimana seluruh ciptaan Yang Maha Kuasa akan selalu hidup secara berdampingan untuk menggapai sebuah harmoni.
Baca juga liputan “LARAS” The Journey in Dance Performance di media-media ini:
Tim LENTUR